Filsafat Pemikiran Ibnu Thufail

Filsafat Pemikiran Ibnu Thufail
Filsafat Islam pertemuan 12 tanggal 22 November 2022 Hasil Diskusi dari Kelompok 10

Oleh: Asnaura

NIM: 11210511000002

Dosen Pengampu: Drs. Study Rizal LK. M. Ag.

Jurnalistik 3A

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Nama lengkap Ibnu Thufail adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Muhammad bin Abu Thufayl al-Qaysi, tapi lebih terkenal dengan nama al-Andalusi atau al-Kurtubi al-Isybili. Ia lahir pada tahun 1110 di Guadix, Spanyol. Ibnu Thufail adalah keturunan Kays, salah satu suku Arab yang terkemuka. Di Barat, Ibnu Thufail lebih dikenal dengan nama Abubacer. Ia adalah seorang ahli filsafat dan kedokteran. Pada mulanya Ibnu Thufail aktif bekerja sebagai dokter dan pengajar, lalu ia beralih profesi sebagai sekretaris pribadi penguasa Granada. Pada tahun 549 H/1154 M, ia dipercaya sebagai sekretaris gubernur wilayah Ceuta dan Tengier (Maroko), sedang gubernur itu merupakan putra Abd al- Mukmin, seorang pendiri Daulah Muwahhidun yang berpusat di Marakesy, Maroko.

Pada tahun 558 H/1163 M, ia di tarik ke Marakesy dan diangkat sebagai hakim sekaligus dokter untuk keluarga istana Abu Yakub Yusuf yang memerintah pada tahun 1163-1184 M. Ibnu Thufail sempat memperkenalkan Ibnu Rusyd kepada Abu Ya’kub Yusuf pada tahun 1169 M. Bermula dari perkenalan itu, Abu Ya’kub Yusuf menyarankan Ibnu Rusyd lewat Ibnu Thufail agar mengulas karya-karya Aristoteles.

Sebagaiman dijelaskan di awal bahwa tidak banyak karya Ibnu Thufail, bahkan hanya satu yang tersisa sampai hari ini, yaitu Rislah Hayy Ibnu Yaqzan. Terdapat dua tulisan dengan judul Hayy Ibnu Yaqzan, yakni versi Ibnu Thufail dan Ibnu Sina. Namun, Ibnu Sina yang lebih dulu memakai judul tersebut, kendati versinya berbeda. Sebagaimana disebutkan di akhir buku Hayy bin Yaqzhan ini, sang tokoh menyadari bahwa agama tekstual cocok digunakan untuk kebanyakan masyarakat, sedangkan bagi pencari kebenaran yang hakiki, harus menempuh jalan spiritual oleh akal ala filsuf dan pensucian jiwa ala sufi terlebih dahulu.

 

Kesimpulannya adalah pemahaman agama secara tekstual (dengan teks kitab suci, hadis) cocok digunakan dan disebarluaskan di masyarakat. Untuk orang-orang yang ingin memahami agama dengan pemikiran hakikat (mencari kebenaran hakiki), harus dilakukan dengan akal seperti para filsuf dan mensucikan jiwa bagaikan sufi.

Filsafat Pemikiran Ibnu Thufail

Tentang Tuhan.

Penciptaan dunia yang berlangsung lambat laun itu mensyaratkan adanya satu pencipta, sebab dunia tidak bisa maujud dengan sendirinya. juga sang pencipta bersifat immaterial, sebab materi yang merupakan suatu kejadian dunia di ciptakan oleh satu pencipta. di pihak lain, anggapan bahwa Tuhan bersifat material akan membaca suatu kemunduran yang tiada akhir yang adalah musykil. oleh karena itu dunia ini pasti mempunyai penciptanya yang tidak berwujud benda.dan karena dia bersifat immaterial, maka kita tidak dapat mengenalinya lewat indra kita ataupun lewat imajinasi, sebab imajinisasi hanya menggambarkan hal-hal di tangkap oleh indra.

Konsep Jiwa

Menurut pemikiran Ibnu Thufail, manusia merupakan suatu perpaduan dari tubuh, jiwa hewani, dan non bendawi. Dari perpaduan tersebut dapat digambarkan oleh binatang, benda angkasa, dan Tuhan. Karena hal tersebut pencapaian dalam konsep jiwa terletak pada pemuasan kepada tiga aspek tersebut. Kemudian ia melakukan tindakan-tindakan yang meniru pada hewan, benda angkasa dan Tuhan. Mengenai dalam peniruan pertama yang tertuju kepada objek hewan. Dalam proses tersebut ia melakukan segala hal yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya dari kebutuhan primer serta kebutuhan untuk melindungi dari cuaca buruk dan hewan buas, namun dari proses tersebut ia hanya memiliki satu tujuan, yaitu untuk mempertahankan jiwa hewani. Kemudian ia melakukan peniruan kedua, dari proses tersebut ia menuntut dirinya dalam hal kebersihan tubuh dan pakaian, sikap baik kepada objek-objek hidup dan mati, serta perenungan atas esensi tubuh dan perputaran esensi orang dalam ekstase.

Konsep Akal

Dalam memaparkan pemikirannya mengenai konsep akal, Ibnu Thufail menuangkan dalam karyanya yang berjudul Hayy Ibn Yaqzhan. Di dalam karya tersebut di perumpamakan dalam kisah seseorang yang bernama Hayy. Hayy tersebut merupakan sosok manusia yang mempunyai akal yang dibarengi dengan kesucian jiwa. Ia dapat membedakan sesuatu mana yang hak dan mana yang bathil, serta ia dapat memecahkan masalahnya sehingga sampai pada puncak al-Haqiqat al-Ulya. Dalam karya tersebut berpendapat bahwa fungsi akal itu sangat tinggi. Seperti karangan pada saat Hayy melakukan pengasingan diri yang tidak pernah berinteraksi dengan masyarakat, serta tanpa terjadi sentuhan-sentuhan ajaran dari luar. Namun dengan kelebihan yang terdapat pada diri Hayy, maka ia dapat memahami kebenaran, dapat memikirkan sebab kematian seekor rusa yang tidak ada sebabnya, kemudian dari berbagai percobaan yang ia lakukan, sehingga ia dapat mengetahui realitas Yang Maha Tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa akal merupakan daya kekuatan yang berfungsi untuk memperoleh segala ilmu yang meliputi duniawi dan ukhrawi. Fungsi akal yang lainnya adalah untuk memahami kebenaran yang berbau fisik maupun metafisik.

Epistimologi Pengetahuan.

Tahap pertama jiwa bukanlah suatu tabularasa atau papan tulis kosong, imaji Tuhan telah tersirat di dalamnya sejak awal, tapi untuk menjadikannya tampak nyata, kita perlu memulai dengan pikiran yang jernih tanpa prasangka keterlepasan dari prasangka dan kecenderungan sosial sebagai kondisi awal semua pengetahuan, merupakan gagasan sesungguhnya dibalik kelahiran tiba-tiba Hayy di pulau kosong. Setelah hal ini tercapai pengalaman, inteleksi dan ekstasi memainkan dengan bebas peranan mereka secara berurutan dalam memberikan visi yang jernih tentang kebenaran yang melekat pada jiwa. Bukan hanya disiplin jiwa, tapi pendidikan indra dan akal yang diperlukan untuk mendapatkan visi semacam itu. Kesesuaian antara pengalaman dan nalar, disatu pihak, dan kesesuaan antara nalar dan intuisi, dipihak lain membentuk esensi epistimologi Ibnu Thufail.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Guru Nasional dalam Gagasan Kaum Muda Millenial

Pandangan Mengenai Filsafat Islam

Filsafat Pemikiran Ibnu Miskawaih