Filsafat Pemikiran Ibnu Miskawaih
Filsafat Pemikiran Ibnu Miskawaih
Filsafat
Islam pertemuan 8 tanggal 26 Oktober 2022 Hasil Diskusi dari Kelompok 6
Oleh:
Asnaura
NIM:
11210511000002
Dosen
Pengampu: Drs. Study Rizal LK. M. Ag.
Jurnalistik
3A
Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama
lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ya’qub Ibn Miskawaih. Ia lahir
di kota Ray (Iran) pada 320 H (932 M) dan wafat di Asfahan pada 9 safar 421 H
(16 Februari 1030 M). ia belajar sejarah kepada Abu Bakar Ahmad Ibn Kamil al-Qadhi
(350/960) tentang buku Tarikh al-Thabari, dan belajar filsafat kepada Ibn
al-khammar, seorang komentator terkenal mengenai filsafat Aristoteles. Ibnu
Miskawaih adalah seorang filsuf muslim yang memusatkan perhatiannya pada etika Islam.
sebenarnya ia juga sebagai seorang sejarawan, tabib, ilmuwan, dan sastrawan.
Pengetahuannya tentang kebudayaan Romawi, Persia, dan India sangat luas begitu
juga tentang filsafat Yunani. Pengetahuan Ibnu Miskawaih yang amat menonjol
dari hasil banyak membaca buku ialah tentang sejarah, filsafat, dan sastra.
Keberhasian Ibnu Miskawaih ini terutama diperoleh dari banyak membaca
buku-buku, terutama disaat memperoleh kepercayaan menguasai perpustakaan Ibnu
al-„Amid. Hingga kini nama Ibnu Miskawaih dikenal sebagai sejarawan dan filsuf.
Sehingga beliau memperoleh bapak etika Islam, karena beiaulah yang mula-mula
mengemukakan teori etika sekaligus menulis tentang buku etika. Ibnu Miskawaih
dikenal sebagai seorang pemikir yang produktif. Ia telah banyak melahirkan
karya tulis, tapi hanya sebagian kecil yang sekarang masih ada. Jumlah buku dan
artikel yang berhasil ditulis oleh Ibnu Miskawaih ada 41 buah.
Sebagai
seorang filsuf, sejarawan, tabib, ilmuan dan satrawan, Ibnu Miskawaih menulis banyak
buku-buku dalam berbagai macam bidang keahliannya. Diantara buku-buku karangannya
dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Kitab
Al-Fauz Al-Ashghar, tentang ketuhanan, jiwa dan kenabian (metafisika).
2. Kitab
Al-Fauz Al-Akbar, tentang etika.
3. Kitab
Thaharat An-Nafs, tentang etika.
4. Kitab
Tahdzib Al-Akhlaq wa That-hir Al-A‟raq, tentang etika.
Pemikiran
Ibnu Miskawaih tentang Pendidikan Etika
1. Konsep
Manusia
Manusia
atau biasa disebut dengan al-insan ada yang menyebutkan bahwa kata ini berasal
dari kata al-nisyan yang berarti lupa dan seakan-akan memberikan justifkasi
bahwa ketika manusia tidak menepati janji atau mengerjakan hal-hal yang
bersifat negatif dengan alasan lupa merupakan kesalahan yang wajar-wajar saja.
Menurut
padangan Ibn Miskawaih, manusia adalah mahluk yang memiliki keistimewaan karena
dalam kenyataannya manusia memiliki daya pikir. Berdasarkan daya pikir tersebut
manusia dapat mebedakan antara yang benar dan yang salah, serta yang baik dan yang
buruk. Manusia yang kemanusiaannya paling sempurna ialah mereka yang paling
benar cara berpikirnya serta yang paling mulia usaha dan perbuatannya. Selain
itu Ibnu Miskawaih berpendapat bahwa untuk mewujudkan kebaikan
manusia harus membina kerjasama. Usaha untuk mewujudkan kebaikan merupakan indicator
dari tingkat kesempurnaan dan tujuan dari penciptaan itu sendiri.
2. Konsep
Jiwa Manusia
Dalam
diri manusia, Ibnu Misakawaih menjabarkan bahawa selain terdapat tubuh
(raga/jism), juga terdapat sesuatu yang bukan tubuh, dan bukan pula aksiden
tubuh. Ia pada wujudnya tidaklah butuh pada kekuatan tubuh, ia adalah substansi
sederhana, tidak dapat ditangkap oleh indera jasmani. Itulah yang oleh Ibnu
Miskawaih disebut sebagai jiwa. Selanjutnya Ibnu Miskawaih menyebutkan bahwa
jiwa merupakan zat pada diri kita yang bukan berupa tubuh, bukan pula bagian
dari tubuh, bukan pula ‘ardl (sifat peserta pada substansi), wujudnya tidak
memelukan potensi tubuh, tapi ia Jauhar basith (substansi yang tidak berdiri
berdasarkan unsurunsur) tidak dapat diindera oleh pengindraan. Selanjutnya
Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa hubungan jiwa albahimiyyat/as-shahwiyyat
(bernafsu) dan jiwa al-ghadabiyat/al-sabu’iyyat (berani) dengan jasad pada
hakikatnya sama dengan hubungan saling mempengaruhi. Kuat atau lemahnya sehat
atau sakitnya tubuh berpengaruh terhadap kuat atau lemahnya dan sehat atau
sakitnya kedua macam jiwa tersebut.
3. Konsep
Akhlak
Pemikiran
Ibnu Miskawaih dalam bidang akhlak termasuk salah satu yang mendasari konsepnya
dalam bidang pendidikan. Konsep akhlak yang ditawarkannya berdasar pada doktrin
jalan tengah. Secara umum Ibnu Miskwaih memberi pengertian pertengahan (jalan tengah)
tersebut antara lain dengan keseimbangan, moderat, harmoni, utama, mulia, atau
posisi tengah antara dua ekstrem. Akan tetapi ia tampak cenderung berpendapat
bahwa keutamaan akhlak secara umum diartikan sebagai posisi tengah antara
ekstrem kelebihan dan ekstrem kekurangan masing-masing jiwa manusia. Doktrin
jalan tengah yang ditawarkan oleh Ibnu Miskawaih bersifat fleksibel dan
dinamis, sehingga setiap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dapat
meyesuaikan dengan baik. teknologi, informasi, dan ilmu pengetahuan merupakan
bukti bahwa perubahan zaman pasti terjadi. Tapi dengan adanya doktrin jalan
tengah ini perubahan zaman tidak akan menghilangkan nilai-nilai esensial dari
pokok keutamaan etika, dengan ini manusia tetap memiliki arahan yang tepat
dalam situasi dan kondisi apapun.
Komentar
Posting Komentar