Filsafat Pemikiran Al Razi

 Filsafat Pemikiran Al Razi
Filsafat Islam pertemuan 7 tanggal 19 Oktober 2022 Hasil Diskusi dari Kelompok 5

Oleh: Asnaura

NIM: 11210511000002

Dosen Pengampu: Drs. Study Rizal LK. M. Ag.

Jurnalistik 3A

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Zakaria Ibn Yahya Ar-Razi. Di Barat dikenal dengan Rhazes. Ia lahir di Ray dekat Teheran pada 1 Sya‟ban 251 H (865 M). Al-Razi dikenal sebagai dokter, filsuf, kimiawan, dan pemikir bebas. Dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930.Ia lahir di Rayy,Teheran pada tahun 251H/865 dan wafat pada tahun 313 H/925.Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan.

Al-Razi belajar ilmu kedokteran kepada Ali Ibn Rabban AlThabari. Guru ini pula yang menumbuhkan minat Al-Razi untuk menggeluti dunia filsafat agama, karena Ayah dari Ali Ibn Rabban AlThabari adalah seorang pendeta Yahudi yang ahli dalam kitab-kitab suci. Ibn An-Nadim sebagaimana dikutip Fuad Al-Ahwani Al-Razi belajar ilmu filsafat kepada Al-Baihaki. Al-Baihaki adalah orang yang banyak melakukan perjalanan , menguasai filsafat dan ilmu-ilmu kuno.

Perhatian utama filsafat al-Razi adalah jiwa, kemudian lima yang kekal. Setelah itu, moral, kenabian dan agama, yang merupakan sisi pengembangan daya kritik intelektualnya. jiwa merupakan titik kesamaan perhatian utama antara al-Razi dan Plato. Selain ia seorang filosof, ia juga seorang yang ahli dalam bidang kimia dan kedokteran. Tulisannya dalam bidang kimia yang terkenal ialah Kitab Al-Asrar yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Geard fo Cremon. Sedangkan dalam bidang medis atau pengobatan karyanya yang terbesar ialah al-Hawi, al-Hawi merupakan ensiklopedi ilmu kedokteran, diterjemahkan ke dalam bahasa latin dengan judul Continens yang tersebar luas dan menjadi buku pegangan utama dikalangan kedokteran Eropa sampai abad ke 17. Adapun buku-buku tersebut diantaranya adalah :

  • 1)    Al Tibb Al Ruhani
  • 2)    Al Shirath Al Falasafiyah
  • 3)    Amarat Iqbal Al Daulah
  • 4)    Kitab Al Ladzdzah
  • 5)    Kitab Al Ibn Al Ilahi

Pemikiran Al Razi

     A.  Teori Lima Kekal

Filsafat al-Razi yang paling terkenal dengan ajarannya yang dinamakan Lima yang Kekal, yakni: Tuhan, Jiwa Universal, Materi Pertama Ruang Absolut dan Zaman Absolut. Mengenai yang terakhir ia membuat perbedaan antara zaman mutlak dan zaman terbatas yaitu antara al-dahr (duration) dan al-waqt (time). Yang pertama kekal dalam arti tidak bermula dan tak berakhir, dan kedua disifati oleh angka. Bagi benda (being) kelima hal itu adalah:

1)    Materi, yakni; apa yang ditangkap dengan panca indra tentang benda itu.

2)    Ruang, yakni; karena materi mengambil tempat.

3)    Zaman, yakni; karena materi berobah-obah keadaanya.

4)    Di antara benda-benda ada yang hidup dan oleh karena itu perlu ada roh. Di antara yang hidup ada pula yang berakal yang dapat mewujudkan ciptaan-ciptaan yang teratur.

5)    Semua ini perlu pada Pencipta Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.

Dua dari yang Lima Kekal itu hidup dan aktif, Tuhan dan roh. Satu daripadanya tidak hidup dan pasif, yaitu materi. Dua lainnya tidak hidup, tidak aktif dan tidak pula pasif, ruang dan masa. Menurut Al-Razi Allah maha pencipta dan pengatur seluruh alam diciptakan Allah bukan dari tidak ada (creatio ex nihilo), tetapi dari bahan yang ada. Oleh karena itu, menurutnya alam semesta tidak kadim, bahru, meskipun materi asalnya kadim, sebab penciptaan disini dalam arti disusun dari bahan yang telah ada. Penciptaan dari tiada, bagi Al-Razi tidak dapat dipertahankan secara logis. Pasalnya dari satu sisi bahan alam yang tersusun dari tanah, udara, air, api dan benda-benda langit berasal dari materi pertama yang telah ada sejak azali.

B . Filsafat Akal

Dalam hal ini, Badawi menerangkan alasan-alasan al-Razi dalam menolak kenabian, adapun alasan-alasannya antara lain: pertama, akal sudah memadai untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat, yang berguna dan tidak berguna. Hanya dengan akal semata, manusia mampu mengetahui Allah yang mengatur kehidupan dengan sebaik-baiknya. Kedua, tidak ada alasan yang kuat bagi pengistimewaan beberapa orang untuk membimbing semua orang karena semua orang lahir dengan kecerdasan yang sama. Perbedaan manusia bukan karena pembawaan alamiah, tetapi karena pengembangan dan pendidikan. Ketiga, para Nabi saling bertentangan. Pertentangan tersebut seharusnya tidak ada jika mereka berbicara atas nama satu Allah. Sebagai bukti sikap Rasionalis yang dimiliki oleh al-Razi terhadap akal, terlihat dalam bukunya Ath-Thibb Ar-Ruhani. Pernyataan al-Razi merupakan suatu ungkapkan keagungannya terhadap akal. Al-Razi memang menentang kenabian wahyu dan kecendrungan irrasional. Segalanya harus masuk akal ilmiah dan logis. Sehingga akal sebagai kriteria prima dalam pengetahuan dan prilaku. Perbedaan manusia adalah disebabkan oleh berbedanyan pemupukan akal karena ada yang memperhatikan hal tersebut dan ada yang tidak memperhatikannya, baik dalam segi teoritis maupun yang bersifat praktis.

Fenomena yang terjadi, bahwa al-Razi adalah seorang yang selalu mengagungkan akal, ini terbantah karena pendapat demikian adalah sebuah tuduhan-tuduhan yang diberikan kepadanya dari lawan-lawan debatnya. Hal seperti ini lumrah terjadi karena untuk kepentingan politik semata yang kalah tetapi tidak sadar diri. Dalam bukunya al- Thibb al-Ruhani tidak ditemukan keterangan bahwa al-Razi mengingkari kenabian ataupun agama, namun sebaliknya ia mewajibkan untuk menghormati agama dan berpegang teguh kepada agama, karena dengan agama akan mendapatkan kenikmatan di akhirat berupa surga dan mendapatkan keuntungan berupa ridha Allah.

C. Filsafat Moral

Adapun pemikiran Al-Razi tentang moral, sebagaimana tertuang dalam bukunya ath-Thib Ar-Ruhani dan Al-Sirah al Falsafiyyah, bahwa tingkah laku mesti berdasarkan petunjuk rasio. Dalam Tibb al-Ruhani, ia membahas dalam dua puluh bab masalah-masalah pokok etika. Ia ingin menjelaskan apakah keburukan itu, dan bagaimana cara menghindarinya. Ia membuka dengan menguji akal, sebagaimana telah kita ketahui, kemudian dengan medius res, ia bertanya tentang hawa nafsu. Ia berkata bahwa manusia harus mengendalikan hawa nafsunya, ia mengemukakan perbedaan-perbedaan yang dikemukakan oleh Plato tentang tiga aspek jiwa: nalar, kebengkengan dan hasrat, dan menujukan bagamana keadilan mesti mengatasi semua itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Guru Nasional dalam Gagasan Kaum Muda Millenial

Pandangan Mengenai Filsafat Islam

Filsafat Pemikiran Ibnu Miskawaih